BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita
sebagai orang muslim sangatlah perlu akan adanya suatu pendidikan. Karena
manusia diciptakan bukan sekedar hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari
sekedar hidup yang mesti diwujudkan, dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh
lewat pendidikan.
Penulisan
ini berlangsung karena sang penulis menganggap bahwa mendalami ilmu nahwu itu
sangat penting, terutama dalam masalah kitab. Sebab apa, banyak para mahasiswa
yang hanya mengandalkan keterangan dari dosen, namun terkadang keterangan hanya
sekedar kenal tanpa menggunakan perincian yang detail. Adapun cara untuk bisa
baca kitab harus mengetahui cara membaca, memberi makna, mengartikan serta
menafsirkan itu harus ada kuncinya. Berdasarkan alasan tersebut saya menulis
bab inna dan saudara-saudaranya ini agar pembaca, khususnya semua
hal-hal yang dianggap penting guna membaca kitab dengan baik. Meskipun kurang
sempurna namun saya berharap ini telah mencukupi dan sesuai dengan harapan yang
lebih praktis dan insya Allah mudah untuk dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Inna wa
Akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
2. Apa fungsi dari fungsi Inna wa
Akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
3. Sebutkan apa saja yang masuk dalam fungsi
Inna wa
Akhwatuha
(إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Inna wa
Akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
2. Menjelaskan fungsi Inna wa
Akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
3. Menyebutkan apa saja yang masuk dalam Inna wa
Akhwatuha
(إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
BAB II
PEMBAHASAN
Inna wa akhwatuha (Inna dan saudara-saudaranya) adalah sekelompok harf
(kata depan) yang mendahului isim. Jika suatu jumlah ismiyah
(susunan mubtada’ dan khabar) didahului oleh Inna atau saudara-saudaranya, maka akan menyebabkan mubtada’ menjadi manshub dan
disebut isim Inna, dan khabar tetap marfu dan disebut khabar Inna.
Seperti:
§ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيْم
(innallah samii’un alim)
yang artinya: sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui)
Kata sami’ marfu’ dengan tanda dhommah, isim mufrod sebagai khabar
Inna.
§ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
yang artinya : sesungguhnya agama yang diterima disisi
Allah adalah Islam.
Kata Islam marfu’ dengan dhommah, isim mufrod, sebagai khabar inna.
B.
Fungsi Inna wa
Akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
Inna wa wakhwatuha memiliki
fungsi:
تَنْصِبُ الْاِسْمَ وَتَرْفَــعُ الْــــخَبَر
Menasabkan isim
inna merofa’kan khabar inna.
Perhatikan contoh pada tabel berikut ini dan perhatikan pula perubahan baris pada
kalimat berikut sebelum dan sesudah di masuki kata inna.
Sebelum dimasuki
اِنَّ
|
Sesudah dimasuki
إِنَّ
|
Keterangan
|
اَحْمَدُ اُسْتَاذٌ
Ahmad seorang guru
|
إنَّ اَحْمَدَ
اُسْتــَاذٌ
Kata Ahmad barisnya berubah asalnya dhamah menjadi fathah
|
اَحْمَدَ : isim inna
اُسْتَــاذٌ : khabar inna
|
مُحَمَّدٌ
تِلْمِيـْذٌ
Muhammad seorang murid
|
إِنَّ مُحَمَّـدًا
تِلْمِيذٌ
Kata Muhammad barisnya berubah, asalnya dhamah menjadi fathah
|
مُحَمَّدًا : Isim Inna
تِلْمِيْذٌ : khabar Inna
|
C.
Yang Termasuk
ke Dalam Inna wa Akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)
إِنَّ وَ أَخوَتُهاَ :
إِنَّ, أَنَّ, كَأَنَّ, لَكِنَّ, لَيتَ, لَعَلَّ
Inna dan saudara-saudaranya yaitu : Inna, Anna, Kaanna,
Lakinna, Laita, La’alla.
وَمَعنَى إِنَّ للتَوكِيدِ وَكَأَنَّ للتَشبِيهِ
وَلَكِنَّ للإِستِدرَاكِ وَلَيتَ للتَّمَنِّى وَ لَعَلَّ للتَّرَحِّى
وَالتَّوَقُّعِ
Dan makna Inna dan Anna untuk taukid (mengukuhkan pembicaraan) dan Kaanna
untuk tasybih (menyerupakan) dan Lakinna untuk istidrak (susulan), yaitu menyusul perkataan yang lalu dengan perkataan yang
ada di belakangnya, dan Laita untuk tamanni, yaitu mengharapkan sesuatu yang
mustahil berhasil, dan Laalla untuk taraji dan tawaqqu’, ialah mengharapkan
sesuatu yang baik, yang mungkin berhasil.
1.
إنَّ
Inna artinya :
Sesungguhnya
Fungsinya : Untuk
penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan
إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
Artinya : Sesungguhnya Allah atas setiap sesuatu Maha
Kuasa
Kata qodir marfu’ dengan dhommah, dan kata Allah mansub
dengan fathah
2. أَنَّ
Anna artinya : bahwa
Fungsinya : Untuk
penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan
لاَبُدَّأَنَّهُم
يُرِيدُونَ مِنهُ دَلِيللاً
Artinya: Sesungguhnya mereka pasti
menghendaki dalil dari padanya.
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
الله
Artinya:
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
3. كَأَنَّ
Kaanna
artinya : seakan-akan
Fungsinya
: penyerumpamaan
Contoh
:
كَأَنَّكَ نَاءِلٌ
مَرَامَكَ
Artinya : agaknya engkau berhasil mencapai maksudmu
كَأَنَّ وَجْهَكَ بَدرٌ
Artinya : seakan-akan wajahmu itu bulan purnama.
4. لَكِنَّ
Lakinna artinya : akan
tetapi
Fungsinya : menyangkal
Contoh :
هُوَ عَالِمٌ لَكِنَّهُ
غَيرُعَامِلٍ
Artinya : dia pandai
tetapi tidak mengamalkan ilmunya.
5. لَعَلَّ
Laalla artinya: semoga/agar
Fungsinya : pengharapan
Contoh :
لَعَلَّ عَلِيٌّ
مَرِيضٌ
Artinya : Semoga Ali sakit.
6.
لَيْتَ
Laita artinya : seandainya
Fungsinya : berangan-angan
Contoh :
لَيْتَ الشَّباَّ
يَعُودُ يَوماً
Artinya : seandainya masa muda itu bisa kembali.
D. Contoh إِنَّ وَاَخْوَاتُهَا dalam Al-Qur’an
إِنَّ اللهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
اللهَ : isim inna
وَاسِعٌ : khobar inna
وَّاَنَّ اللهَ شَدِيدُ
العَذَابِ
اللهَ: isim
inna
شَدِيدُ: khobar inna
وَمِنَ النَّاسِ مَن
يَّتَّجِذُ مِن دُونِ اللهِ اَندَادًا يُّحِبُّونَهُم كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ
اَمَنُوا اَشَدُّحُبَّالِلهِ وَلَوَ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوااِذيَرَونَ العَذَابَ
اَنَّ القُوَّةَ لِلهِ جَمِيعًا وَّاَنَّ اللهَ شَدِيدُ العَذَابِ ) البَقَرَة : 165(
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
seperti Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
فَمَن بَدَّ لَهُ بَعدَ
ماَ سَمِعَهُ فَإِنَّمَاَ اِثمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّ لُونَهُ اِنَّ اللهَ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
)البَقَرَة : 181(
Artinya :
“Maka barangsiapa yang
mengubah wasiat itu setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah
bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”
E.
Qowaid
1.
Tempat-Tempat Hamzah Inna Dibaca Fathah dan Dibaca Kasroh
Fathah
Apabila
inna bila ditakwil sebagai masdar maka hamzahnya harus di fathah,
contoh:
يُعْجِبُنِي
أَنَّ زَيْدًا قَائِمٌ
تأويلانيا
(أي يُعْجِبُنِي قِيَامُ زَيْدٍ)
Kasroh
1.
Jatuh
di awal al-kalam (إِذَا
وَقَعَتْ أَوَّلُ الْكَلاَمِ
), misalnya
إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ .
2.
Jatuh
dalam awalan shilah (
وَقَعَتْ صَدْرُ الصِّلَةِ ),
misalnya
جَاءَ الَّذِي إِنَّهُ قَائِمٌ
3.
Sebagai
jawaban sumpah, misalnya وَاللهِ
إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ
4.
Sebagai
hikayat suatu ungkapan, misalnya قَالَ زَيْدًا إِنَّ عَمْرًا قَائِمٌ
5.
Menempati tarkib haal, misalnya زُرْتُ زَيْدًا وَإِنِّي ذُوْ أَمَلٍ
6.
Jatuh
setelah af’al al-Qulub yang telah tetangguhkan amalannya oleh اللاّم , misalnya عَلِمْتُ إِنَّ زَيْدٌ اْلعَالِمُ .
7.
Setelah
أَلاَ اْلاِسْتِفْتَاحِيَّةِ ,
misalnya أَلاَ
إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ
.
8.
Setelah
حَيْثُ , misalnya اِجْلِسْ حَيْثُ إِنَّ زَيْدًا
جَالِسٌ
.
9.
Bila
jumlah inna menjadi sifat, misalnya مَرَرْتُ بِرَجُلٍ إِنَّهُ فَاضِلٌ .
10. Bila
jumlah inna menjadi khobar dan isim dzat, misalnya زَيْدٌ إِنَّهُ قَارِئٌ
Kasroh/
fathah
1.
Ia
berposisi setelah إِذَا اْلفُجَائِيَّة (tiba-tiba
atau mendadak), misalnya:
خَرَجْتُ فَإِذًا إِنَّ زَيْدًا
قَائِمٌ
.
2.
Setelah
fi’il sumpah, dimana pada khabarnya إِنَّ
tidak terdapat اللاّم , seperti حَلَفْتُ إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ .
3.
Setelah
فاء الجزاء / فاء الجواب , seperti مَنْ يَأْتِنِي فَإِنَّهُ مُكْرَمٌ .
4.
Setelah
mubtada’ dengan makna ucapan, sedangkan khabarnya إِنَّ juga
berarti ucapan sementara subjeknya tunggal. Seperti
خَيْرُ اْلقَوْلِ إِنِّي أَحْمَدُ .
2.
Inna dan Saudaranya yang Dibatalkan Pengamalannya
Inna dan saudarnya bila diberi maa (مَا) zaidah itu bisa
batal amalnya.
Contoh:
إِنَّمَا
زَيْدٌ عَالِمٌ
Tetapi
terkadang ada yang tetap amal.
Contoh:
لَيْتَمَا
زَيْدًا قَائِمٌ
Adapun laita ( لَيْتَ ) , meskipun dimasuki maa (مَا ),
maka ia tetap beramal menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khabar atau boleh
tidak beramal.
Contoh: لَيْتَمَا زَيْدًا قَائِمٌ .
Kata زَيْدًا dibaca
nashab menjadi isimnya لَيْتَمَا ,
dan قَائِمٌ menjadi
kata لَيْتَمَا dalam
contoh ini masih tetap beramal. Boleh jugaلَيْتَمَا
tidak beramal, dan kata زَيْدًا dibaca
rafa’, sehingga susunannya menjadi
لَيْتَمَا زَيْدٌ قَائِمٌ
3.
Hukum Inna dan Saudara-saudaranya yang Ditakhfif (Nun-Nya
Disukun)
إِنَّ
Inna (إِنَّ
) hukumnya bila ditakhfif (nunnya disukun) itu boleh amal boleh
tidak serta apabila tidak beramal maka wajib memberi lam fariqoh (لام فارقة ) pada lafadz yang
sesudahnya.
Contoh: إِنْ زَيْدٌ لَقَائِمٌ .
Dan
lebih banyak muhmal-nya ( tidak amal ) dari pada amalnya.
Huruf “إِنْ “ di atas berasal
dari “إِنَّ “ yang ditakhfif,
ia tidak lagi beramal menashabkan mubtada’. Karena itu, kata sesudahnya tetap
dibaca rafa’.
أَنَّ
Anna
( أَنَّ) hukumnya bila
ditakhfif (nunnya disukun) dan kemudian isimnya pasti berupa dhomir sya’an
(ضمير شأن ) yang disimpan
dan khabarnya pasti berupa jumlah.
Contoh: عَلِمْتُ زَيْدٌ قَائِمٌ .
Dan bila ada yang
isimnya bukan dlomir sya’an (ضمير شأن) maka hukumnya
langka. Contoh: فَلَوْ
أَنَّكَ فِي يَوْمِ الرَّخَاءِ سَأَلْتَنِي .
كَأَنَّ dan لَكِنَّ
Kaanna (كَأَنَّ
) juga bisa ditakhfif dan yang kaprah isimnya berupa dlomir
sya’an (ضمير
شأن )
yang disimpan. Contoh: كَأَنْ
شَدْيَانُ خُقَانِ
.
Tetapi
ada juga yang ditetapkan walaupun sedikit. Contoh: كَأَنْ زَيْدًا أَسَدٌ
Kata
ka’an (كَأَنْ )
adalah dari kata (كَأَنَّ ),
yang nunnya ditakhfif dan ia masih tetap beramal. Adapun lakinna (لَكِنَّ ) apabila nunnya
ditakhfif maka tidak bisa beramal.
F.
Soal dan Jawaban
Soal
1.
Apa pengertian inna
wa akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)?
2.
Apa fungsi inna
wa akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)?
3.
Sebutkan yang
termasuk inna wa akhwatuha (إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ)?
4.
Berilah harokat
kalimat berikut ini kemudian ubahlah menjadi kalimat dengan tambahan kata inna!
a. محمّد رسول الله
b. أنّا طالب
c.
الله مع الصبرين
5.
Berilah harakat
pada kalimat: انّ اكرمكم عند الله اتقاكم
6.
Berilah harakat
pada kalimat: واعلموا انّ الله شديد العقاب
7.
Berilah harakat
pada kalimat: كأنّ عليّاأسد
8.
Berilah harakat
pada kalimat: محمّد غنيّ لكنّ أخاه فقير
9.
Berilah harakat
pada kalimat:
ليت
النّتيْجة حسنة
10. Berilah harakat pada kalimat: لعلّ الجوّ معتدل غدا
Jawaban:
1.
Inna wa akhawatuha (Inna dan
saudara-saudaranya) adalah sekelompok harf (kata depan) yang
mendahului isim.
2.
Fungsi inna wa
akhwatuha adalah
تَنْصِبُ الْاِسْمَ وَتَرْفَــعُ
الْــــخَبَر
Menasabkan isim
inna merofa’kan khabar inna.
3.
إِنَّ وَ أَخْوَتُهاَ : إِنَّ,
أَنَّ, كَأَنَّ, لَكِنَّ, لَيتَ, لَعَلَّ
Inna dan saudara-saudaranya yaitu : Inna, Anna, Kaanna,
Lakinna, Laita, La’alla.
4.
a. إِنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ
b. إِنِّيْ طَالِبٌ أَنَّا طَالِبٌ
c. إِنَّ
اللهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ اللهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
5. إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
6. وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
7. كَأَنَّ
عَلِيًّاأَسَدٌ
8. مُحَمَّدٌ
غَنِيٌّ لَكِنَّ أَخَاهُ فَقِيْرٌ
9. لَيْتَ
النَّتِيْجَةَ حَسَنَةٌ
10. لَعَلَّ
الْجَوَّ مَعَتَدِلٌ غَدًا
G.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian atas penjelasan mengenai inna dan saudara-saudaranya, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
Inna wa akhwatuha (Inna dan saudara-saudaranya) adalah sekelompok harf
(kata depan) yang mendahului isim. Jika suatu jumlah ismiyah
(susunan mubtada’ dan khabar) didahului oleh Inna atau saudara-saudaranya, maka akan menyebabkan mubtada’ menjadi manshub dan
disebut isim Inna, dan khabar tetap marfu dan disebut khabar Inna.
وَأَماَّإِنَّ وَأَخوَتُهاَعَمَلُهاَتَنصِبُ الإِسمَ \
المُيتَدَأَ وَتَرفَعُ الخَيَرُ
Dan adapun Inna dan
saudara-saudaranya fungsinya/pekerjaanya menasabkan isim atau mubtada’ dan
merofa’kan khabar.
إِنَّ وَ أَخوَتُهاَ : إِنَّ, أَنَّ, كَأَنَّ, لَكِنَّ,
لَيتَ, لَعَلَّ
Inna dan
saudara-saudaranya yaitu : Inna, Anna, Kaanna, Lakinna, Laita, Laalla. Setiap kalimat yang
diawali dengan kata Inna atau saudara-saudaranya maka diwajibkan fathah/mubtada’
nya wajib fathah, dan isimnya/khabarnya wajib marfu’.
B.
Saran
Tiada
harapan sedikitpun dari penulis kecuali makalah ini dapat bermanfaat kepada si
pembaca dan penulis menyarankan kepada pembaca agar selalu membaca karena
membaca adalah salah satu cara untuk mengetahui tentang suatu ilmu atau
pelajaran yang belum kamu ketahui serta membaca adalah termasuk jendela dari
ilmu.
Dengan
demikian, apabila ada kesalahan-kesalahan dalam makalah ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Kiranya ada kesalahan
dalam penulisan maupun penjelasan penulis minta maaf yang sebesar-besarnya
serta tidak lupa sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Arra’ini,
Muhammad Syamsuddin, Mutammimah Ajjurumiyyah, Al-Hidayah, Surabaya:
Wacana Ilmu, 2001.
Ghufron,
Aunur Rofiq bin, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, Jawa Timur:
Pustaka Al-Furqon, 2007.
Saifuddin,
Ibrahim, Ilmu Nahwu, AL-Hidayah, Surabaya: Wacana Ilmu, 2003.
Wafi,
M. Bahauddin Ahmad, Khazanah Andalus, Yogyakarta: Titian Ilahi Press,
2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar